Friday, December 5, 2014

AS Tuduh Tiga Negara Bersekongkol Terkait Perdagangan Manusia

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia, Cina, dan Uzbekistan bersekongkol melakukan perdagangan manusia dan kerja paksa. Dikatakan juga akan adanya kemungkinan tiga negara itu menghadapi sanksi di tengah upaya Presiden Barack Obama untuk menjaga hubungan dengan masing-masing negara terkait isu strategis.

Tiga negara tersebut mendapatkan ranking yang rendah dalam laporan tahunan departemen luar negeri terkait perdagangan manusia. Mereka bergabung dengan 16 negara lain yang dikatakan AS gagal melawan atau malah melakukan perdagangan manusia yang diperkirakan memakan korban 27 juta orang.


Tahun lalu, Obama menyatakan meningkatkan perhatian untuk melawan perdagangan manusia. Termasuk mengeluarkan kebijakan baru yang melibatkan kontrak federal di negara lain. Obama pun memiliki waktu 90 hari untuk menentukan apakah tiga negara itu akan disanksi atau tidak. Seperti penghentian bantuan luar negeri dan menahan dukungan AS di Bank Dunia.

Juru bicara Gedung Putih, Caitlin Hayden enggan berkomentar mengenai sanksi dari Obama terhadap Rusia, Cina, dan Uzbekistan.
Direktur Advokasi Human Rights Watc John Sifton mengkritik pengenaan sanksi yang tidak konsisten. "Departemen Luar Negeri telah memerlihatkan kesiapannya untuk memberi sanksi bahkan kepada negara terkuat sekali pun... Pertanyaannya, apakah Gedung Putih siap untuk melaksanakan sanksi tersebut," ujarnya seperti dikutip New York Times, Kamis (20/6).

Cina: Kritik AS Soal Perdagangan Manusia Sewenang-wenang

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING, CINA -- Cina pada Kamis (20/6) menolak laporan pemerintah Amerika Serikat yang mengkritisi Beijing karena telah gagal dalam memberantas kejahatan perdagangan manusia. Menurut Cina laporan tersebut sewenang-wenang.
"Kami meyakini bahwa Amerika Serikat harus mengambil pandangan objektif dan seimbang mengenai langkah Cina (dalam melawan perdagangan manusia) dan berhenti membuat tuduhan sepihak atau 'sewenang-wenang' tentang Cina," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying pada pertemuan rutin.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri AS pada Rabu menurunkan Cina, Rusia dan Uzbekistan ke dalam peringkat bawah tabel laporan kejahatan perdagangan manusia.

Tiga negara itu selama bertahun-tahun terus diawasi oleh AS, dimana telah diberikan keringanan setelah adanya janji untuk menyelesaikan masalah perdagangan manusia dengan lebih baik.

Laporan mengemukakan bahwa perdagangan manusia ditemukan di internal populasi migran Cina dan kerja paksa masih menjadi masalah, termasuk di industri tambang dan pabrik batu bara.

Anggota Kongres Chris Smith, yang telah menyusun undang-undang pokok tentang perdagangan, mengatakan Cina telah menjadi "pusat perdagangan seks dan buruh dunia".
"Wanita dan gadis muda telah -- dan kini menjadi -- komoditi dan dipaksa masuk ke prostitusi," kata dia dalam sebuah pernyataan.

Presiden AS Barack Obama akan menentukan apakah akan memberlakukan sanksi atau tidak terhadap tiga negara tersebut pada September mendatang.

AS memperkirakan sebanyak 27 juta orang masih diperbudak di seluruh dunia.

Redaktur : Mansyur Faqih & Yudha Manggala P Putra

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/20/moo3ak-as-tuduh-tiga-negara-bersekongkol-terkait-perdagangan-manusia
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/20/moouv4-cina-kritik-as-soal-perdagangan-manusia-sewenangwenang

No comments: