Thursday, November 13, 2014

Perdagangan Manusia di Uni Eropa Kian Parah

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS - Ribuan orang menjadi korban perdagangan manusia setiap tahun di Uni Eropa. Namun, sebagian besar negara anggota UE gagal melaksanakan undang-undang baru, yang lebih ketat.

UU baru yang disepakati pada 2011, menjatuhkan hukuman lebih tinggi bagi pelaku dan membuat upaya penuntutan lintas batas dalam blok itu jauh lebih mudah serta memberikan perlindungan lebih baik kepada korban.
"Hanya enam negara di blok yang beranggotakan 27 negara tersebut yang telah menerapkan undang-undang baru itu sejauh ini," kata pejabat UE, seperti dinukil dari Reuters.


Korban perdagangan manusia biasanya adalah perempuan dan mereka terutama dipaksa menjadi budak seksual, tetapi juga kerja keras dan terlibat dalam kegiatan kriminal. Beberapa di antaranya bahkan menjadi korban pencurian organ.

Informasi yang dirilis eksekutif Uni Eropa menunjukkan, jumlah korban perdagangan manusia diidentifikasi meningkat sebesar 18 persen antara periode 2008 dan 2010, menjadi sekitar 10 ribu orang. Namun jumlah itu kemungkinan hanya mewakili sebagian kecil dari semua korban. "Yang kita tahu adalah mungkin hanya puncak gunung es," kata Cecilia Malmstrom, komisaris Uni Eropa untuk urusan dalam negeri.

Malmstrom mengaku sangat kecewa melihat kenyataan tersebut. "Meskipun ini merupakan tren yang mengkhawatirkan, hanya sedikit negara yang telah menerapkan undang-undang anti-perdagangan manusia dan saya mendorong mereka yang belum melakukannya untuk menghormati kewajiban mereka," sebutnya.

Sebagian besar korban yang diidentifikasi adalah warga negara Romania dan Bulgaria, dua anggota termiskin dari blok itu. Kedua negara itu belum menerapkan undang-undang baru tersebut.

Pemerintah Uni Eropa yang tidak menerapkan aturan umum dapat menghadapi sanksi hukum dan denda.
Diperkirakan hampir 21 juta orang di seluruh dunia menjadi korban perdagangan manusia, menurut statistik dari Organisasi Perburuhan Internasional pada 2012.

Redaktur : Karta Raharja Ucu
Sumber : Reuters

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/17/mlepoe-perdagangan-manusia-di-uni-eropa-kian-parah

No comments: